Kamis, 01 Desember 2011
Tetap Berprestasi Dalam Pencarian Jati Diri !!!!
Tentu saja tidak semua remaja dapat masuk ke sekolah yang diidam-idamkannya. Menurut Evi Sulistyanti, S.Psi, konselor SMA Negeri 1 Kejobong, beberapa siswa yang tidak berhasil secara psikologis akan mengalami dua kemungkinan. Pertama, remaja akan mengalami kekecewaan, stres dan storm (badai) dalam skala ringan hingga berat.
Berat ringannya tingkat kekecewaan tersebut tergantung pada kepribadian remaja. Remaja yang memiliki jenis kepribadian ekstrovert atau terbuka mampu menerima segala kemungkinan yang menimpa dirinya, biasanya mereka akan mengalami kekecewaan sementara. Namun bagi remaja yang memiliki jenis kepribadian introvert akan mengalami depresi dan menutup diri, merasa malu dan tidak berguna. Kemungkinan kedua, remaja justru akan menyadari dengan lapang dada dengan dengan kenyataan yang dihadapi. Selain itu remaja akan melakukan recovery (membentuk) kehidupannya sendiri dengan cara membangun jaringan bersama teman dan lingkungan baru.
Ada dua hal yang harus dimiliki remaja agar tidak mengalami kekecewaan yang berkepanjangan, yaitu ketabahan dan kelenturan. Artinya remaja harus memiliki kesadaran menerima kemungkinan terburuk dan dapat melanjutkan kehidupan tanpa rasa kecewa.
Lalu bagaimana sebaiknya yang dilakukan remaja? Sebaikmya remaja berlatih untuk terbuka mengungkapkan ide dan mewujudkan kreatifitas. Hal itu akan membentuk pribadi yang terbuka, mau menerima saran dari orang tua dan meminta bimbingan dari guru. Alhasil.....dalam situasi dimanapun dan kondisi apapun remaja tetap mampu berprestasi sesuai dengan potensi yang dimiliki.
PUNISHMENT UNTUK MENANAMKAN NILAI KEDISIPLINAN DI EUFORIA PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER
Jumat, 18 Februari 2011
Euforia Gaya Hidup
Era Globalisasi menempatkan manusia dalam keadaan hidup yang serba terpenuhi. Bukan sekedar sandang pangan dan tempat tinggal saja, namun lebih pada kenyamanan hidup. Berbagai kebutuhan hidup manusia diciptakan untuk memenuhi hasrat nyaman. Namun apakah pernah para perancang barbagai pemenuhan kebutuhan hidup tersebut memikirkan “Cashback” bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah yang notabene untuk mencukupi kebutuhan perut saja masih sulit.
Keberpihakan Ekonomi Liberal
Bukti nyata permasalahan kemiskinan, pengangguran, kriminalitas di Negeri ini masih menghiasi panggung penguasa. Tak elak berbagai strategi politik dihalalkan dalam menganut pemberitaan, bahkan penelitian ilmiah yang berpihak kapasitas. Menggerakkan bahkan memelencengkan pemberitaan sudah bukan barang tabu bagi para penguasa untuk membangun citra dan menegakkan strategi bisnis yang merugikan masyarakat kecil. Korupsi yang dirintis oleh pendahulu hanya sebagai gaung keberpihakan para si miskin. Realitasnya masih banyak terjadi perselingkuhan dengan para kapitalis sejati yang sering kita istilahkan serigala berbulu domba.
Hukum pun masih Berpihak pada si cerdik
Pakar hukum pun sekedar bisa mengernyitkan jidatnya yang kinclong. Mereka sudah lelah dan merasa bahwa teori di gudang sudah habis di keluarkan. Namun yang terjadi penegakkan hukum di negeri yang konon katanya berpayung hukum itu masih saja ngiris. Agenda-agenda besar penyelesaian masalah korupsitidak pernah bisa tuntas, para penegak hukum lebih tertarik mengurusi masalah pornografi, pelecehan seksual, pelanggaran susila yang sebenarnya itu hanya isu kecil yang di besar-besarkan. Ternyata strategi murahan itu mampu mengelabuhi masyarakat yang gemar mengaku suci dan tidak pernah berbuat tabu karena mereka punya agama. Sehingga akhirnya masyarakat tidak sadar perhatian mereka telah di kaburkan dengan masalah-masalah yang sebenarnya sudah biasa di negeri ini.
Potret Buram Wajah pendidikan
Mengikuti Pendidikan formal adalah merupakan kewajiban bagi setiap generasi untuk mencapai derajat insan. Pendidikan formal diharapkan mampu mencetak kader-kader penerus bangsa yang memiliki berbagai kecakapan , baik dari sisi ilmu pengetahuan, teknologi maupun religi dan social.
Namun sayangnya, pendidikan yang dipercaya masyarakat khususnya orangtua yang anehnya di bangku sekolah masih jauh dari kemajuan. Siapa yang salah atau yang bertanggung jawab dalam permasalahan potret buram wajah pendidikan di Negeri ini????
Tiket Masa Depan
Seolah gerbong kereta yang terus melaju menuju harapan masa depan itulah gambaran pendidikan formal di negeri ini. Tiket menjadi penentu untuk bisa terbawa gerbong pendidikan. Orangtua yang sadar pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anak mereka berlomba untuk dapat membeli tiket tersebut. Namun bagi mereka yang masih kurang memiliki kesadaran pentingnya pendidikan membiarkan anak-anak mereka duduk di stasiun masadepan tanpa mendorong mereka untuk segera mengambil tiket yang ada sekalipun gratisan.